Serba Serbi

Penjual Rak Minimarket Makin Menjamur

Posted on Updated on


Dari waktu ke waktu penjual rak gondola/minimarket makin bertambah. Apalagi di kota yogyakarta dan jawa tengah boleh di bilang menjamur. Biasanya penyebab menjamurnya penjual suatu barang dikarenakan pasarnya masih banyak, keuntungannya dibilang lumayan. Alih-alih orang yang tadinya tergabung dalam team yang sama  terpecah-pecah dan menjadi pesaing satu sama lainnya.

Fenomena  seperti ini pernah dialami oleh orang yang berbisnis komputer, hp dan pulsa, software toko atau software kasir. Orang berlomba-lomba meramaikan bisnis tersebut, sehingga bisnis tersebut  MENJAMUR  MENjualnya JAdi MUrah. Adalah suatu kewajaran setiap sesuatu yang menarik dalam segi pasar dan keuntungan menjadikan orang-orang ingin berkecimpung di dalamnya. Seperti batu akik yang dulunya hanya disukai aki-aki atau orang tua kini anak-anak mudapun suka memakai batu akik dan ramai-ramai bisnis batu akik.

Dari sekian banyak pemain tentu akan ada yang tumbang dan biasanya hanya sedikit saja yang bisa bertahan. Mereka yang bisa bertahan biasanya mempunyai formula yang lebih baik dalam beberapa hal. mulai dari kualitas, pelayanan dan ketersediaan stok atau modal yang cukup serta strategi pemasaran yang jitu.

Benarkah Dolar Mempengaruhi Nilai Jual Rak Minimarket

Posted on Updated on


Cebongan 26 Agustus 2015

Nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai Rp14.050 per US$1 memang tak lepas dari fenomena ekonomi global dan devaluasi mata uang yuan, namun pemerintah juga harus melihat kinerja tim ekonomi dalam negeri.

Sebagai agen rak minimarket sudah pasti isu-isu seperti melemahnya nilai tukar rupiah harus diperhatikan. Karena kegiatan produksi pabrik rak minimarket juga bisa berubah mengingat sebagian bahan baku juga dari luar negeri. Namun bagi perusahaan yang sudah ready stok bahan baku yang cukup banyak tentu masih mampu bertahan dengan harga lama.

Bukan itu saja yang dikhawatirkan dengan menguatnya nilai dolar, karena banyak pengusaha ritel yang menunda pengembangan minimarketnya karena perekonomian yang belum stabil. Alhasil penjualan rak minimarket pun ikut turun.

Kami selaku agen rak minimarket area yogyakarta-jawa tengah memastikan bahwa harga rak minimarket kami tidak berubah walaupun nilai dolar menguat. Produksi pabrik rak minimarket kami masih mampu bertahan hingga tahun ini.

Kita berharap semoga keadaan berubah sehingga kegiatan perekonimian ritel indonesia lebih stabil dan berjalan lancar.

Siapa Yang Diuntungkan Dengan Adanya Internet

Posted on Updated on


Siapa yang diuntungkan dengan keberadaan internet,  mereka yang punya sesuatu itu yang lah yang pernah diucapkan Steven Paul “Steve” Jobs adalah seorang tokoh bisnis dan penemu dari Amerika Serikat. Ia adalah pendiri pendamping, ketua, dan mantan CEO Apple Inc. Wikipedia 

Mereka yang mepunyai sesuatu yang bisa melayani kebutuhan banyak orang merupakan orang-orang yang beruntung dalam era sekarang ini seperti facebook, tokopedia atau bukalapak. Dengan situs yang mereka miliki mereka dapat menjadi milyader pada usia yang terbilang muda.

Atau pemilik bisnis lain seperti kursus bahasa inggris teguhandoko.com  yang sudah memiliki ratusan ribu pembeli produk kursusnya yang dikemas sangat apik. Silahkan kunjungi situs-situs yang sudah menjadi sudah sesuatu seperti softwarekita.com merupakan situs penyedia software kasir yang sudah memiliki ribuan pengguna.

Media Sosial dan Informasi Pendidikan

Dengan adanya media sahabatguru.com ini dapat membangun

social-perspective

silaturahmi di antara guru maupun tenaga pendidik lainnya.

Dengan media sahabatguru dapat mengembangkan kemampuan teknis dan sosial yang dibutuhkan dalam menghadapi era digital sekarang ini. untuk menemukan cara beradaptasi dan bersosialisasi dengan sahabat di jejaring sosial, serta kemampuan memanajemen pertemanan.

WikiRitel memudahkan anda mencari informasi lokasi, promo, dan agenda kegiatan ritel di manapun anda berada

wikiritel2

Wikiritel merupakan direktori bisnis yang dapat digunakan untuk mengenalkan unit usaha ritel kepada customer baik itu informasi lokasi, promosi, agenda kegiatan bahkan waktu pelayananpun dapat disajikan. Fitur berdasarkan lokasi ritel memungkinkan customer tidak lagi bingung harus kemana untuk mendapatkan barang/jasa yang mereka butuhkan. Dimanapun customer berada mereka lebih mudah mengenal lingkungan ritel di sekitarnya.

Penulis : RAK MINIMARKET GROUP, Agen Rak MInimarket Yogyakarta, Semarang,Demak,Kudus, Solo, Magelang dan kota-kota lainnya di Jawa Tengah serta LAMPUNG

Gadis Kasir Minimarket

Posted on Updated on


Beberapa tahun yang lalu

gadisminimarket2Beberapa tahun yang lalu hanya ada di kota. Orang-orang bercerita, belanja di minimarket itu enak, ketimbang di toko biasa. Bukan saja tempatnya yang nyaman. Pelayanan pun beda.

Kini tepat di depan rumahku, satu minimarket hadir. Kampungku mulai tambah moderen, itu yang ada dibenakku. ATM sudah pula dinikmati beberapa waktu sebelum ini. Pikiran orang mulai berubah, belanja tidak cuma ke pasar tradisional. Ke toko yang sudah ada. Minimarket sudah jadi pilihan.

Anak-anak abege sering iseng masuk. Tidak beli apa-apa. Katanya cuma “ngadem”. Menikmati sejuknya ruangan ber-AC. Minimarket juga mengenalkan ke orang kampung cara belanja masa kini. Pakai kartu kredit. Member card. Dan dapat struk belanja.

Minimarket pun bisa membuat orang kampung jengkel. Barang yang dibeli tidak boleh dikembalikan. Seseorang pernah mendatangi kasir. Ia hendak balikkan barang, yang dibeli tapi tak baca kemasan. Dikiranya permen. Tak tahunya empat buah kondom.

Rasanya tak enak juga, ini hanya perasaanku. Ada minimarket di depan rumah, belum juga menjambangi. Padahal orang dari kampung lain, pagi siang, malam silih berganti.

Aku ajak saja suamiku malam-malam jam delapan. Mumpung minimarket terlihat sepi. Mumpung ia juga lagi bosan nonton berita tivi. Isinya rebutan ketua partai. Eh, suamiku mau. Katanya, mencari pandangan baru.

Aku sendiri tak tahu maksud pandangan baru. Soalnya antara serius dan bercanda, wajah suamiku datar-datar saja. Tak punya ekspresi kalau bicara. Paling banter mengelus-elus hidung. Itu pun aku anggap kebiasaan buruknya. Tapi ada yang bilang, itu tanda menyembunyikan sesuatu.

Mi instan, kecap dan saus sambal. Tiga itu yang aku beli. Daripada keluar tanpa bawa apa-apa. Sedikit aku menahan gengsi. Setidaknya kepada karyawan malam itu.

“Dua puluh dua ribu empat ratus, Bu”

Sukurlah tak banyak keluar duit. Aku ulurkan uang kepada kasir. Kulitnya kuning langsat. Matanya bersinar dengan bola mata yang hitam pekat. Sama dengan lengkung alisnya yang tebal. Wajahnya manis dengan pulasan bedak yang tipis. Celana panjang jeans ia kenakan berpadu dengan warna biru muda baju kerjanya. Ramping. Kerudungya pun simpel, tapi enak dilihat.

Isnawati. Nama itu tertera pada tanda pengenal yang tergantung pada sakunya. Senyumnya tak henti dia perlihatkan. Bukan dibuat-buat, tapi bawaan sikap ramah.

Satu bulan ini suamiku sering keluar malam. Justru saat aku beranjak ke tempat tidur. Katanya sebentar. Ke minimarket, beli rokok. Nyatanya lebih seperempat jam. Hanya untuk sebungkus rokok.

Aku sebenarnya heran. Suamiku termasuk tipe orang yang senang berhitung. Belanja apapun selalu membandingkan dengan tempat lain. Kupingku sering kemasukan sebutan yang menyebalkan: Permaisuri Si Medit. Jangankan beli yang ratusan ribu. Yang di bawah lima ribu pun ia tawar. Masa sih, beli gorek gas, sikat gigi satu saja pakai tawar-menawar.

Itu bikin aku enggan belanja bareng. Malu. Biar saja ia belanja keperluannya sendiri. Aku pun sendiri, tapi uang aku minta dari dia.

Terpikir olehku, apa yang sebenarnya dilakukan suamiku di dalam minimarket. Beberapa karyawan pria aku tanyai. Katanya, suamiku banyak ngobrol sama Isnawati. Kasir manis itu.

Pleng! Kepalaku seperti ditempeleng. Tapi aku tak lantas langsung percaya. Aku harap itu kebetulan. Kebetulan sepi. Kan, di kampung jam sembilan sudah jarang yang keluar rumah.

Kali ini aku intai dari tirai kaca jendela. Tadinya aku pura-pura tidur lebih awal. Sampai akhirnya bangun, mendengar pintu depan ada yang membuka. Bunyi slot kunci menandai ada sebuah awal tindakan. Aku meyakini. Itu suamiku, hendak keluar rumah.

Hmm. Lima menit. Delapan menit. Lima belas menit. Sekarang mendekati dua puluh menit. Keterlaluan!

Si Isna, kasir manis itu yang tengah tugas. Di depan meja kasir, ada seorang pria yang sangat aku kenal, suamiku. Mengumbar senyum seperti jejaka mencari cinta. Penuh tebar pesona.

Dari dinding kaca, aku lihat si Isna. Tak ada yang berlebihan menghadapi suamiku. Wajar. Tapi tetap saja, kecemburuanku mulai terasa mendidih. Aku juga manusia, tahu?

Aku nyalakan lampu dapur. Suamiku yang baru pulang memburuku ke sana. Ia masuk perangkapku.

“Beli rokok di depan rumah, hampir setengah jam. Memang beli berapa karung?”

“Ya, cuma sebungkus”

“Cuma sebungkus. Tapi ngobrol sama si Isna itu, kayak mau beli semua yang di etalase!”

“Kenapa pikirannya sampai ke situ? Cemburu ya?”

“Banget dong! Anak itu lebih cocok jadi keponakanmu. Bukan istri mudamu!”

“Sompret. Jauh sekali”

Sengaja percakapan itu akau bawa ke ruang belakang. Biar tak mengundang kuping orang turut campur. Minimal, kalau nanti aku naik pitam dan nendang selangkangannya, lenguhannya tak terdengar sampai luar.

Bohong benar kalau dia tak punya rasa terhadap kasir itu. Aku tahu jadualnya. Kepala minimarket yang kasih tahu. Aku cocokan saja saat suamiku keluar rumah. Memang, tak jauh berbeda. Artinya, dia ingin bertemu Isna. Bercanda. Punya pandangan baru. Titik. Itu kesimpulanku.

Pernah terlintas mengusulkan Isna pindah minimarket. Aku pikir, itu kurang bijaksana. Isna malah yang jadi korban. Melebarkan masalah. Memelikkan suasana.

Sudah berulangkali pada tengah malam ia mengigau. Suaranya sok manja. Memanggil-manggil nama Isnawati. Sekali-sekali cuma “is”. Adakalanya cuma “is-na”. Tak jarang, lengkap: “is-na-wa-ti”.

Ada penyesalan yang tak termaafkan. Mengajak suami belanja bareng malah jadi bumerang. Aku berpikir, aku kualat. Tak pernah mau belanja bareng dia. Tapi aku juga tak mengira akan sejauh ini.

Genting dan memaksa. Aku ceritakan pada Santi, teman dekatku. Tanggapannya sederhana. Suamiku lagi puber kedua, katanya. Tapi ia tidak tahu bagaimana mengahadapi masalahku ini. Cuma kasih nasihat singkat. “Jadi istri mesti menarik. Merak ati. Memikat hati” ujarnya.

Akhirnya aku mendapatkan akal. Igauan suamiku aku rekam ke dalam BB-nya. Setiap malam aku siapkan menu rekam suara pada HP itu. Berulangkali aku gagal melakukan aksi ini. Saat ditunggu-tunggu, ia tidak mengigau. Pas mengigau pun aku urung, aku jengkel dan tak kepikiran lagi merekam.

Tapi, pada kesempatan lain aku berhasil. Mengigaunya lama. Lebih dari lima belas detik. Aku arahan sedekat mungkin BB yang ada di tanganku mendekati bibirnya yang tengah menari. Kejengkelanku mulai luntur, berganti rasa geli melakukan kekonyolan ini.

Biarlah suamiku melanjutkan dunianya, batinku. Aku coba putar rekaman itu di luar kamar. Puas. Hasilnya memuaskan. Aku pilih seketika itu menjadi nada sambung HP suamiku.

Pagi hari ia terkejut dengan suara yang keluar dari HP-nya. Keras. Karena volumenya aku maksimalkan.

Is……is……….is…… isna ……is…..isna……. is…….isnawati……….

Satu sambungan datang dari seorang temannya. Ia angkat dan bicara. Selang waktu berikutnya, nada sambung itu berbunyi lagi.

Is……..is………is……..isna…….is……..isnawati……..

Terhitung sudah ada lima sambungan telepun. Suamiku terlihat gusar. Ia mulai utak-atik BB-nya hendak mengganti nada sambung yang aneh itu. Tetap saja tak bisa. Selalu saja, yang terdengar suara pria tengah menyebut nama kasir minimarket yang lagi ia gandrungi.

Suamiku memang gaptek. Walaupun memakai HP keluaran baru, tetap saja tidak bisa setting. Kemampuannya cuma menelepon, SMS dan buka lagu. Itu saja. Urusan yang lain selalu minta bantuan orang lain.

Bukannya bertanya ke aku. Dia mulai emosi. Sepertinya ia merasa dipermainkan oleh aku, istrinya. Ia banting BB yang ada di tangannya. Persis dekat kakiku yang tengah berdiri memegang segelas air minum.

“Prak!”

HP hitam itu langsung terkapar. Baterai dan tutupnya langsung terpental dan berhenti di kolong meja makan.

“Sontoloyo”

Aku tak ambil pusing. Kutinggalkan saja suamiku dengan pecahan HP-nya yang berserakan di lantai. Sedikit pun tak ada rasa takut dengan tindakan yang dipertontonkannya. Aku sudah memperhitungkan risiko terburuk yang bakal terjadi dengan ulahku. Yang akhirnya jadi pertanyaanku. Kalau memang tak punya rasa kepada gadis minimarket itu, kenapa reaksinya begitu?

Bukankah itu menunjukkan sebuah kebenaran?

Mestinya santai saja. Woles. Bukankah itu yang diperagakan banyak pria pintar yang punya simpanan. Tempatnya dikejauhan. Minimal antar kota antar propinsi. Sulit diendus oleh orang-orang sekitarnya. Bukan yang di depan rumah.

Jadi kesimpulannya. Suamiku bukan orang pintar. Ia belum pengalaman. Masih coba-coba. Mungkin juga sedang khilaf.

Setidaknya, aku masih bersukur sampai di sini. Masih ada yang bisa aku lakukan sedini mungkin. Minimal, akulah yang harus berubah. Barangkali saja itu berawal dari sisi diriku. Sikap dan perilakuku.

Sumber gambar: deloker.com

Penulis Sarwo Prasojo

Senang bacaan sejarah, biografi, cerpen, novel dan film kolosal. ipraso@gmail.com

_______Oenthoek Cacing-Bumi Cahyana, 5 agustus 2015

Mudik Yogyakarta ke Lampung lewat Tol Cipali

Posted on Updated on


Kompas.com/KRISTIANTO PURNOMO Foto aerial
Kompas.com/KRISTIANTO PURNOMO Foto aerial

Mudik Lebaran 2015, Sejak adanya tol cipali mudik Yogyakarta ke Lampung lebih cepat sampai ke tujuan. Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sepanjang 116,75 kilometer ternyata mampu sebagai pengurai kemacetan di jalan pantai utara (pantura) Jawa.

Saya bersama istri berangkat dari kota yogyakarta sekitar 10.00 wib dan sampai esoknya di pelabuhan merak banten sekitar pukul 4.30 dinihari. Bagaimana sebelum ada tol cipali, biasanya jam 8 wib pagi baru sampai dipelabuhan merak. Tadinya saya pikir tol cipali sangat seram seperti yang diberitakan banyak media. Tapi setelah melewatinya ternyata cukup nyaman, walaupun belum banyak lampu penerangannya,

Ya semoga saja ada tol baru yang sampai di yogyakarta juga, dan acara MUDIK kian ASYIK

tolcipali2